Bahan Belajar untuk Model Pembelajaran E-Learning

Rabu, 06 April 2011

1.Hakikat Bahan Belajar E-Learning

Bahan belajar dapat diterjemahkan sebagai seperangkat material yang digunakan oleh seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Hamalik (1995) menempatkan bahan belajar sebagai bagian dari unsur-unsur dinamis dalam proses belajar disamping motivasi siswa, alat bantu belajar, suasana belajar dan kondisi subjek belajar. Oleh karena itu, penentuan bahan belajar harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai apakah berupa pengetahuan, keterampilan, sikap atau pengalaman lainnya. Pada proses pembelajaran di sekolah, bahan-bahan belajar ini biasanya sudah digariskan dalam kurikulum (KTSP) atau silabus.

2.Pengembangan Bahan Belajar

Bahan belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 87-8) disebut bahan pengajaran yaitu bahan untuk mengajar (bagi guru). Sedangkan bahan belajar atau learning materials menurut Sa’ud (2008: 214) merupakan bahan pembelajaran yang secara langsung digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Bahannya sendiri merupakan media atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan pembelajaran, bisa berupa pesan visual, audio maupun pesan audio visual.

Secara umum, bahan belajar dikategorikan menjadi dua, yaitu bahan belajar yang tercetak (printed materials) dan bahan ajar yang tidak tercetak (non printed materials).

Karakteristik bahan belajar cetak adalah:

(1)Bahan belajar yang ditujukan untuk kepentingan kurikuler, instruksional, dan pengembangan ilmu.

(2)Bahan belajar juga mengakomodasikan sumber-sumber daya (potensi) daerah tanpa mengabaikan poin terdahulu.

(3)Bahan belajar yang mengoptimalkan pembelajaran mandiri, khususnya siswa.

(4)Bahan belajar dapat memberikan pengayaan, khususnya bagi kegiatan belajar siswa, melalui pemberian tugas, dan rujukan sumber lain yang disarankan.

(5)Bahan ajar yang dikembangkan adalah bahan ajar yang pembaca utamanya adalah siswa.

Dalam hal ini, meskipun bahan belajar yang digunakan berbentuk cetak, akan tetapi bahan belajar tersebut harus dikondisikan sebagai bahan belajar yang dapat ditransfer untuk kepentingan pembelajaran melalui internet atau e-learning.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bahan belajar merupakan seperangkat material yang digunakan oleh pebelajar dalam pembelajaran, yang meliputi bahan belajar cetak dan non-cetak serta harus sesuai dengan kurikulum yang diajarkan di instansi (sekolah) yang bersangkutan.

3.Aplikasi Pembelajaran Berbasis E-Learning

Dalam proses pembelajaran, aplikasi e-learning mencakup aspek perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Sa’ud, 2008: 206).

(1)Perencanaan

Pada prinsipnya dalam perencanaan pembelajaran terdapat empat komponen utama, yaitu: materi/bahan ajar, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi.
Bahan ajar untuk ¬e-learning selain dapat memanfaatkan buku sumber yang tersedia, juga dapat langsung mengakses bahan ajar/informasi pada beberapa halaman web yang telah dibuat sebelumnya.

Kegiatan belajar mengajar yang tercakup dalam perencanaan pembelajaran pada intinya berisi mengenai deskripsi materi/bahan belajar, metode pembelajaran, dan alat/media pembelajaran. Untuk kepentingan media pembelajaran berbasis e-learning, penentuan bahan ajar hanya memuat pokok-pokoknya saja. Sementara deskripsi lengkap dari pokok-pokok bahan ajar disediakan di halaman web yang akan diakses siswa.

Evaluasi sebagai komponen terakhir dalam perencanaan pembelajaran berfungsi untuk mengukur sejauhmana tujuan pembelajaran telah tercapai dan tindakan apa yang harus dilakukan apabila tujuan tersebut belum tercapai. Evaluasi dapat dilakukan dengan tes dan non tes. Tes dapat berupa menjawab pertanyaan yang disediakan oleh pebelajar yang dapat diakses dari halaman web yang telah disediakan sebelumnya, sedangkan non tes dapat berupa portofolio tugas siswa.

(2)Implementasi

Dalam implementasi pembelajaran menurut (Sa’ud, 2008: 207-208), terdapat model penerapan e-leraning yang bisa digunakan, yaitu: Selective Model, Sequential Model, Static Station Model, dan Laboratory Model.

a.Selective Model

Model selektif digunakan jika jumlah komputer di sekolah sangat terbatas (misalnya hanya ada satu unit komputer).

b.Sequential Model

Model ini digunakan jika jumlah komputer di sekolah atau kelas terbatas (misalnya hanya dua atau tiga unit komputer). Para siswa dalam kelompok kecil secara bergiliran menggunakan komputer untuk mencari sumber pelajaran yang dibutuhkan.

c.Static Station Model

Model ini digunakan jika jumlah komputer di sekolah/kelas terbatas, sebagaimana halnya dengan sequential model. Di dalam model ini guru mempunyai beberapa sumber belajar yang berbeda untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama.

d.Laboratory Model

Model ini digunakan jika tersedia sejumlah komputer di sekolah/laboratorium yang dilengkapi dengan jaringan internet, di mana siswa dapat menggunakannya secara lebih leluasa (satu siswa satu komputer). Dalam hal ini, bahan e-learning dapat digunakan oleh seluruh siswa sebagai bahan pembelajaran mandiri.

Di samping beberapa penerapan model e-learning di atas, Meier (2003) dalam bukunya The Accelerated Learning mengemukakan beberapa saran untuk memanfaatkan komputer dalam pembelajaran berbasis e-learning, di antaranya adalah:

a.Kolaboratif

Pembelajaran yang baik bersifat sosial. Pengajaran oleh teman sendiri, menurut telaah Stanford University akan memberikan hasil yang jauh melampaui pengajaran lewat komputer atau semua bentuk instruksi lain. Pembelajaran ini dilakukan dengan menciptakan program belajar untuk tim untuk dua orang atau lebih (tidak untuk individu).

b.Berdasar – Aktivitas

Memanfaatkan komputer untuk mendapatkan pengalaman secara langsung.

c.Berpusat – Masalah

Menggunakan komputer sebagai pengaju masalah agar pembelajar dapat terlibat penuh dalam memecahkan sebuah masalah.

d.Kreatif

Komputer dimanfaatkan tidak hanya sebagai pemberi informasi, tetapi juga membantu pembelajar menciptakan sebuah makna, pengetahuan dan nilai mereka sendiri dari informasi tersebut.

e.Siklus Pembelajaran 4-Tahap

Pembelajaran diatur dalam 4-tahap yang meliputi persiapan, penyampaian, pelatihan, dan penampilan hasil).

Dari kelima model tersebut, menurut Prakoso (2005: 17) pembelajaran berbasis e-learning akan lebih efektif bila dilakukan secra berkelompok atau kolaborasi. Hal ini sesuai dengan paham konstruktif sosial (Social Constructivism) yang menyatakan bahwa sebuah kolaborasi menciptakan budaya untuk saling membagi hasil karya dengan cara berbagi pengetahuan, misalnya dengan teknik berbagi-pakai pengetahuan lewat situs internet.

(3)Evaluasi

Kegiatan evaluasi merupakan tahap terakhir dalam pembelajaran berbasis e-learning. Kegiatan evaluasi untuk mengetahui hasil dapat dilakukan secara bervariasi, setiap siswa dapat melihat dan mengikuti instruksi di halaman web yang telah disediakan oleh guru, dapat berupa pertanyaan, tugas-tugas, dan latihan-latihan yang harus dikerjakan siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Astini, Edi. 2009. Lembaran Ilmu Pendidikan, Jilid 38, Nomor 01, Juni 2009. Semarang: UNNES Press.

Effendi, Empy dkk. 2005. E-Learning Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi.

Alwi, Hasan dkk. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Masrur, M. 2009. Internet Super Mudah untuk Siapa Saja. Yogyakarta: BOOKMARKS.

Meier, Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook. Bandung: Kaifa.

Prabawati, Theresia Ari (ed.). 2009. Mahir dalam 7 Hari Berinternet dengan Google. Yogyakarta: Andi dan MADCOMS.

Prakoso, Kukuh Setyo. 2005. Membangun E-Learning dengan Moodle. Yogyakarta: Andi.

Sa’ud, Udin Saefudin. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

0 komentar: